Just another WordPress.com site

Archive for December, 2010

Rumah Sakit dan 1001 Kisah Pembunuhan Berencana (Kisah Nyata)

Kemegahan rumah sakit yang bewarna putih, bersih dan sejuk, ternyata hanya topeng di dunia kesehatan kita. Aceh dan Indonesia secara umum.

Mulai sekarang, kita sudah selayaknya untuk selalu waspada dan lebih berhati-hati dengan mereka, yaitu, rumah sakit, dokter, bidan dan praktek-praktek kesehatan lainnya.

Harus diakui, mereka memang telah berjasa bagi masyarakat, namun, melihat kasus-kasus yang terus terjadi dan tanpa penyelesaian, sudah selayaknya kita berpikir ulang dan berhati-hati.

Tulisan ini bukan untuk menakut-nakuti agar kita enggan ke rumah sakit. Tapi, berhati-hati itu bukankah lebih baik.

Saya melihat, saat ini, rumah sakit sebagai tempat “penyembuhan” justru sering menjadi tempat pembantaian, dan pembunuhan berencana. Tidak peduli dia orang kaya, orang miskin, orang berpendidikan atau pun tidak. Semua harus siap dengan keputusan dokter, rumah sakit dan sejenisnya.

Keputusan seorang dokter sering sekali menjadi ancaman serius bagi pasien. Bukan sebagai tempat penyembuhan dan memberi harapan hidup bagi pasien, tapi justru sebaliknya. Penuh ancaman!

Sikap kasar, sikap acuh tak acuh, yang sering dialami pasien hanya bagian terkecil dari kebobrokan dunia kesehatan.

Kali ini saya hanya akan membahas kondisi rumah sakit di Aceh (karena memang saya tinggal di Aceh).

Tahun 2008. Saya bertemu salah seorang teman di Unsyiah. Dia bercerita tentang pengalaman yang hampir saja merenggut nyawanya. Hal itu bermula dari vonis salah seorang dokter rumah sakit (Banda Aceh).

“Saat itu saya di vonis penyakit pembusukan tulang belakang,” kata teman saya.

Oleh sang dokter, dia harus dioperasi sesegera mungkin, karena, jika tidak akan membahayakan dirinya dan bisa mengalami kelumpuhan total. Teman saya yang mendapat penjelasan itu tentu khawatir dan takut. Akhirnya dia melapor kepada kedua orangtuanya di Simeulu.

Biaya operasi yang tinggi membuat kedua orangtuanya panik. Akhirnya, mereka memutuskan berobat ke negara tetangga kita, Malaysia. Setelah melakukan check, hasil rontgen diketahui, ternyata teman saya itu tidak mengalami gejala pembusukan tulang. Hanya MASUK ANGIN!

Seminggu di Malaysia, teman saya sudah sehat wal’afiat.

Kasus kedua, seorang dosen di Unsyiah, di vonis kanker otak. Siapa yang tidak merinding mendengar penyakit kanker otak. Dosen itu justru tambah stress dan sakit karena memikirkan penyakit tersebut.

Salah satu temannya menyarankan untuk berobat keluar negeri. Hasil pemeriksaan, dosen itu hanya sakit MIGRAIN! Sangat jauh sekali dengan apa yang dikatakan dokter di Aceh.

Kisah diatas adalah dua kisah dari belasan kisah yang saya dengar langsung dari korban. Dan tentu tidak mungkin saya tuliskan semua.

Apa yang terjadi seandainya kedua orang diatas mengikuti anjuran dokter di Aceh itu? Mereka harus mengeluarkan dana yang luar biasa besar untuk biaya operasi untuk sebuah penyakit yang tidak ada!

Mafia persalinan

Kebetulan, saya beserta teman pernah melakukan liputan terhadap masalah ini. Modus operandinya adalah,  Seorang bidan bekerja sama dengan seorang dokter kandungan.

Sasarannya wanita hamil, terutama di pedesaan atau gampong. Saat pasien (wanita hamil) pergi konsultasi dengan sang  bidan, dia merujuk ke salah satu dokter kandungan yang merupakan jaringannya. Alasannya bisa macam-macam. Dengan dalih si pasien mengalami kelainan atau gangguan sehingga perlu penanganan seorang dokter kandungan.

Tentu bisa dibayangkan, sasaran sang bidan tadi. Berdalih keselamatan ibu serta si jabang bayi, upaya apapun akan dilakukan. Bidan pun merujuk ke dokter yang telah ditentukan tanpa pilihan, demi meraup keuntungan. Singkat cerita si pasien tadi pergi ke dokter kandungan yang dirujuk si bidan, terutama mereka yang tinggal menghitung hari untuk melahirkan secara normal.

Sampai pada dokter tersebut, bukannya pengobatan normal yang di lakukan, melainkan tawaran operasi, yang ujung-ujungnya butuh biaya tinggi. Celakanya, ada indikasi bidan main mata dengan dokter. Meraup rupiah dengan cara mencari pasien untuk dirujuk ke dokter. Jika berhasil, setiap bidan mengantongi fee sekitar Rp 500 hingga Rp 700 ribu setiap satu pasien.

Dari keterangan beberapa bidan yang saya jumpai, mereka pernah melihat langsung bagaimana kematian merenggut ibu hamil yang sehat. “Ada seorang wanita hamil meninggal dunia setelah tiga hari di operasi oleh salah seorang dokter kandungan di Banda Aceh. Padahal, menurut para bidan ini, wanita tersebut masih mampu melahirkan secara normal, tidak mesti dioperasi. Tapi, oleh sang dokter tetap dioperasi.

Hal ini juga terjadi di Aceh Timur dan beberapa daerah lainnya. Di Aceh Timur bahkan lebih tragis, seorang wanita muda yang tengah hamil, dalam keadaan pendarahan tetap dioperasi secara “paksa” oleh seorang dokter. Sang wanita itupun menghembuskan nafasanya diatas meja operasi dihadapan sang suami!

Salah seorang dokter kandungan di Aceh yang sempat saya tanyai mengakui, dirinya, dalam sebulan sering melakukan operasi ibu hamil sebanyak 30 orang. 30 orang dikalikan 8-10 juta rupiah, pendapatan yang luar biasa!

Dokter kandungan itu, saat ditanya perihal mafia persalinan ini justru mengatakan, dirinya tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dokter-dokter lainnya yang ada di Banda Aceh.

Inilah dunia kesehatan kita. Tidak mempedulikan keselamatan fasien demi Uang. Jika fasien meninggal karena operasi atau lainnya, dokter-dokter itu justru tetap mengaku mereka tidak bersalah dan mengeluarkan semua jurus ampuhnya untuk membela diri. Bahkan, semua dokter pun ikut turun membela korpnya. Luar biasa dunia kedokteran kita!

Berbagai alasan mereka keluarkan untuk membenarkan kelakuan bejat mereka.

Seorang ibu, membawa anaknya yang tertabrak motor kerumah sakit. Dokter-dokter disana hanya duduk-duduk main handphone. Sedangkan sanga anaknya terus menangis kesakitan. Bahkan beberapa Pasukan perawat dan dokter pun tidak mempedulikan anak itu.

Karena kesal sang ibu, marah, justru yang terjadi, para dokter itu membentak sang ibu. Ibu itupun melawan dan menampar dokter (dokter muda) yang ada saat itu. Apa yang dilakukan dokter itu terhadap ibu tersebut, ia juga akan memukul ibu tersebut (untung dilerai pasien yang lain).

Sang dokter berkata : “Anak ibu tidak apa-apa, kakinya hanya lecet ngapain sibuk-sibuk bawa kerumah sakit”.

Ibu itupun naik pitam dan membawa lari anaknya kerumah sakit lain. Limabelas menit rongsen, ternyata kaki anak ibu itu memang patah fraktura.

Terlalu banyak kisah untuk diungkapkan.

Rumah sakit kini bukanlah tempat yang aman. Kematian seolah lebih cepat terjadi dalam lingkungan rumah sakit. Kesewenangan, kecerobohan dan sikap “seenaknya” membuat masyarakat hidup dalam ancaman.

Salah seorang dokter di Rumah Sakit Zainal Abidin mengatakan, hal itu memang banyak terjadi. Alasannya, untuk mengambil gelar spesialis dibutuhkan dana miliaran rupiah! Satu hal lagi, dunia kesehatan juga dipenuhi korupsi yang sangat jarang terungkap!

Kita tidak tahu, apakah korban-korban yang meninggal di rumah sakit itu murni karena ajal atau memang sebuah pembantaian dan pembunuhan untuk memperoleh uang dalam waktu singkat!

* Namun begitu, rumah sakit tetap kita butuhkan lho

Sumber : http://marthaandival.wordpress.com/2010/12/16/rumah-sakit-dan-1001-kisah-pembunuhan-berencana-kisah-nyata/?utm_source=acehblogger&utm_medium=twitter&utm_campaign=Ayo+Menulis+Aceh+di+Internet

5 Mitos Menyesatkan Seputar HIV

Saat mendengar kata HIV pasti membuat banyak orang merasa takut dan gelisah. Bahkan, banyak mitos yang kadang tidak diketahui kebenarannya, sehingga menimbulkan persepsi dan pemahaman yang salah.

Seksolog, Dr Shivi Jaggi dalam situs Idiva menyatakan, salah satu penyebab HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah hubungan seks tanpa pengaman seperti kondom.

“Jika terinfeksi, secara bertahap bisa menghancurkan kekebalan tubuh Anda. Meskipun orang yang terinfeksi HIV masih dapat hidup normal,” katanya.

Untuk mengetahui dan lebih mewaspadai virus ini, ada baiknya Anda mengenal beberapa mitos HIV yang cenderung menyesatkan. Berikut, mitos dan fakta yang perlu Anda ketahui:

Mitos 1: HIV sama dengan AIDS

Faktanya adalah, HIV tidak sama dengan AIDS. HIV dapat menyebabkan AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome. Seseorang bisa menjadi lebih rentan dan berisiko terhadap AIDS ketika kekebalan tubuh mereka semakin menurun.

“Waspada dan menggunakan obat-obatan yang tepat dapat menunda atau bahkan mencegah orang HIV positif terhadap AIDS,” kata Dr Jaggi.

Mitos 2: Setia pada pasangan dijamin tidak terkena HIV

Virus HIV dapat ditularkan melalui media lain seperti penggunaan jarum suntik yang terinfeksi, transfusi darah yang terinfeksi, hubungan seks oral, seks anal, dan lain-lain.

“Intinya, hubungan monogami tidak selalu membuat Anda aman,” kata seksolog yang berbasis di Mumbai, Dr Ketan Parmar. Namun, dapat mengurangi kesempatan dan risiko Anda terinfeksi.

Mitos 3: Orang dengan HIV tidak bisa mencium atau berbagi makanan

HIV dapat ditularkan melalui seks tanpa kondom dengan pasangan yang terinfeksi atau multiple, jarum suntik, transfusi darah yang terinfeksi, dan seks oral tanpa menggunakan kondom.

Ciuman juga tidak dapat menularkan virus HIV. “Kecuali jika salah seorang tersebut mengalami luka atau luka dalam mulut mereka,” kata Dr Parmar. Berbagi makanan, dan peralatan juga tidak menempatkan Anda pada risiko akan terjangkit HIV.

Mitos 4: Wanita yang terinfeksi HIV tidak bisa mempunyai anak

Wanita yang terinfeksi virus HIV sering merasa takut akan menularkan infeksinya kepada sang bayi.

“Tapi dengan terapi antiretroviral, kemungkinan penularan dari ibu ke anak sangat rendah,” kata ginekolog asal Mumbai, Rishma Dhillon Pai. Hal ini memberikan banyak wanita berkesempatan untuk hamil meskipun tetap terinfeksi.

Jika ingin memastikan buah hati Anda terhindar dari infeksi, penggunaan obat harus dikonsumsi secara teratur seperti yang direkomendasikan dokter. “Jika ada komplikasi, seseorang mungkin harus memilih operasi caesar,” katanya.

Namun ibu harus menghindari pemberian ASI sebagai upaya untuk meminimalkan penularan infeksi kepada sang buah hati.

Mitos 5: Anda tidak perlu kondom untuk melakukan oral seks

HIV dapat tertular melalui oral seks. “Kalau semen dari pasangan yang terinfeksi masuk ke mulut Anda dan Anda memiliki luka atau gusi berdarah, Anda akan berisiko terkena infeksi,” ucap Dr Jaggi.

Ini berarti, Anda juga bisa menularkan virus ke orang lain. Menjalani gaya hidup yang sehat adalah salah satu upaya memerangi HIV. Itu adalah kunci utama yang harus Anda ingat.

Sumber: http://wap.vivanews.com/news/read/193212-5-mitos-menyesatkan-seputar-hiv

Menggunakan Ponsel Saat Hamil Dapat Memicu Perilaku Buruk Anak

Tak disarankan bagi wanita hamil untuk menggunakan ponsel terlalu sering. Karena menurut penelitian, hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku janin yang dikandungnya.

Sebuah penelitian dilakukan terhadap 29.000 anak-anak dan ibu muda di California. Mereka diteliti mengenai sikap dan gaya hidupnya.

Dikutip dari Dailymail, anak-anak, yang ibunya sering menggunakan ponsel saat hamil memiliki kecenderungan berperilaku buruk sebanyak 30 persen. Sedangkan anak-anak yang sejak di kandungan ibunya sering menggunakan ponsel dan kemudian mereka juga mengenakan ponsel sejak kecil, maka risikonya memiliki perilaku negatif meningkat menjadi 20 persen.

Sedangkan anak-anak yang mengenakan ponsel sejak kecil namun tak merasakan radiasi ponsel saat di kandungan hanya berisiko memiliki perilaku buruk sebanyak 20 persen.

Dr. Leeka Kheifets, salah satu peneliti mengungkapkan bahwa perilaku buruk dan bermasalah anak baru bisa terdeteksi saat usianya 7 tahun. Memakai ponsel saat hamil akan mempengaruhi perkembangan otak anak.

“Radiasi ponsel yang dipakai ibu hamil langsung dapat mempengaruhi otak janin, bukan bagian tubuhnya yang lain,” ujar Dr. Leeka Kheifets menjelaskan.

Membiarkan anak kecil mengunakan ponsel di usia kurang dari 12 tahun juga akan mempengaruhi perkembangan otaknya. Oleh karena itu, ia menyarankan para orang tua untuk tidak memberikan ponsel pada anaknya terlalu cepat.

Sumber : http://m.wolipop.com/read/2010/12/09/101346/1513314/857/menggunakan-ponsel-saat-hamil-dapat-memicu-perilaku-buruk-anak